Mukadimah

Sesungguhnya segala puji adalah milik Allah. Kita memuji, memohon pertolongan dan meminta ampunanNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan dan keburukan amal perbuatan kita. Siapa yang ditunjukan Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang dapat menunjukanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. semoga shalawat, salam dan keberkahan dilimpahkan kepada beliau, keluarga, sahabat dan segenap orang yang mengikutinya.

Amma ba'-du.

TIGA LANDASAN UTAMA

Dicatat oleh Amik




Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam serta berkah atas Rasulullah Nabi-Nya Muhammad saw,keluarganya, shahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya.


Kenyataannya ketika saya menunggu umpanan saya dimakan oleh ikan,terlintas dalam fikiran saya tentang amalan bertawakal kepada Allah yang termasuk di antara sebab diturunkannya rezeki. Adanya diantara sahabat yang begitu asyik memikirkan dan berbicara hal-hal yang diluar kawalan kita dengan menunding jari kearah sesuatu atau seseorang sebagai punca kegagalan mendapatkan rezeki yang baik sehingga menimbulkan penghinaan berlaku, malah terbitnya kebencian diantara sahabat yang tidak seharusnya berlaku didalam sistem bermasyarakat. Bertawakkal kepada Allah Yang Maha Esa dan Yang kepada-Nya tempat bergantung. Insya Allah kita akan membicarakan hal ini melalui tiga hal :

Pertama : Yang Dimaksud Bertawakkal Kepada Allah.
Kedua : Dalil Syar'i Bahwa Bertawakkal Kepada Allah Termasuk Diantara Kunci-Kunci Rizki.
Ketiga : Apakah Tawakkal Itu Berarti Meninggalkan Usaha ?


Pertama : Yang Dimaksud Bertawakkal Kepada Allah

Para ulama -semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik balasan- telah menjelaskan makna tawakkal. Diantaranya adalah Imam Al-Ghazali, beliau berkata : "Tawakkal adalah penyandaran hati hanya kepada wakil (yang ditawakkali) semata". [Ihya' Ulumid Din, 4/259]

Al-Allamah Al-Manawi berkata :"Tawakkal adalah menampakkan kelemahan serta penyandaran (diri) kepada yang ditawakkali" [Faidhul Qadir, 5/311]

Menjelaskan makna tawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, Al-Mulla Ali Al-Qari berkata : "Hendaknya kalian ketahui secara yakin bahwa tidak ada yang berbuat dalam alam wujud ini kecuali Allah, dan bahwa setiap yang ada, baik mahluk maupun rezeki, pemberian atau pelarangan, bahaya atau manfaat, kemiskinan atau kekayaan, sakit atau sehat, hidup atau mati dan segala hal yang disebut sebagai sesuatu yang maujud (ada), semuanya itu adalah dari Allah". [Murqatul Mafatih, 9/156]

Kedua :Dalil Syar'i Bahwa Bertawakkal kepada Allah Termasuk Kunci Rizki

Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Al-Mubarak, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Qudha'i dan Al-Baghawi meriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang petang hari dalam keadaan kenyang".[1]

Dalam hadits yang mulia ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang berbicara dengan wahyu menjelaskan, orang yang bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya dia akan diberi rezeki. Betapa tidak demikian, karena dia telah bertawakkal kepada Dzat Yang Mahahidup, Yang tidak pernah mati. Karena itu, barangsiapa bertawakkal kepadaNya, niscaya Allah akan mencukupinya. Allah berfirman.

"Artinya : Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki0Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu". [Ath-Thalaq : 3]

Menafsirkan ayat tersebut, Ar-Rabi' bin Khutsaim mengatakan : "(Mencukupkan) dari setiap yang membuat sempit manusia" [Syarhus Sunnah, 14/298]

Ketiga : Apakah Tawakkal Itu Berarti Meninggalkan Usaha?

Sebagian orang mungkin ada yang berkata :"Jika orang yang bertawakkal kepada Allah itu akan diberi rezeki, maka kenapa kita harus bersush payah hingga lelah, berusaha dan mencari penghidupan. Bukankah kita cukup duduk-duduk dan bermalas-malasan, lalu rezkei kita datang dari langit ?"

Perkataan itu sungguh menunjukkan kebodohan orang yang mengucapkannya tentang hakikat tawakkal. Nabi kita yang mulia telah menyerupakan orang yang bertawakkal dan diberi rezeki itu dengan burung yang pergi di pagi hari untuk mencari rezeki dan pulang pada petang hari, padahal burung itu tidak memiliki sandaran apapun, baik perdagangan, pertanian, peusahaan atau pekerjaan tertentu. Ia keluar berbekal tawakkal kepada Allah Yang Maha Esa dan Yang kepadanya tempat bergantung. Dan sungguh para ulama -semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik kebaikan- telah memperingatkan masalah ini. Di antaranya adalah Imam Ahmad, beliau berkata : "Dalam hadits tersebut tidak ada isyarat yang membolehkan meninggalkan usaha, sebaliknya justru di dalamnya ada isyarat yang menunjukkan perlunya mencari rezeki. Jadi maksud hadits tersebut, bahwa seandainya mereka bertawakkal kepada Allah dalam bepergian, kedatangan dan usaha mereka, dan mereka mengetahui bahwa kebaikan (rezeki) itu di TanganNya, tentu mereka tidak akan pulang kecuali dalam keadaan mendapatkan harta dengan selamat, sebagaimana burung-burung tersebut". [Dinukil dari Tuhfatul Ahwadzi, 7/8]

Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk di rumah atau di masjid seraya berkata, 'Aku tidak mau bekerja sedikitpun, sampai rezekiku datang sendiri'. Maka beliau berkata, 'Ia adalah laki-laki yang tidak mengenal ilmu. Sungguh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya Allah telah menjadikan rezekiku melalui panahku"

Dan beliau bersabda.

"Artinya : Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya Allah meberimu rezeki sebagaimana yang diberikanNya kepada burung-burung, berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang petang hari dalam keadaan kenyang".

Dalam hadits tersebut dikatakan, burung-burung itu berangkat pagi-pagi dan pulang petang hari dalam rangka mencari rezeki.

Selanjutnya Imam Ahmad berkata, 'Para sahabat juga berdagang dan bekerja dengan pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan kita. [Dinukil dari Fathul Bari, 11/305-306]

Syaikh Abu Hamid berkata :"Barangkali ada yang mengira bahwa makna tawakkal adalah meninggalkan pekerjaan secara pratikal, meninggalkan perencanaan dengan akal serta menjatuhkaan diri di atas tanah seperti cebisan kain yang dilemparkan, atau seperti daging di atas landasan tempat memotong daging. Ini adalah sangkaan orang-orang bodoh. Semua itu adalah haram menurut hukum syari'at. Sedangkan sya'riat memuji orang yang bertawakkal. Lalu, bagaimana mungkin suatu darjat ketinggian dalam agama dapat diperoleh dengan hal-hal yang dilarang oleh agama pula.?

Hakikat yang sesungguhnya dalam hal ini dapat kita katakan, 'Sesungguhnya pengaruh bertawakkal itu tampak dalam gerak dan usaha hamba ketika bekerja untuk mencapai tujuan-tujuannya".

Imam Abul Qasim Al-Qusyairi :"Ketahuilah sesungguhnya tawakkal itu letaknya di dalam hati. Adapun gerak secara lahiriah maka hati itu tidak bertentangan dengan tawakkal yang ada di dalam hati setelah seorang hamba meyakini bahwa rezeki itu datangnya dari Allah. Jika terdapat kesulitan, maka hal itu adalah karena takdirNya, dan terdapat kemudahan maka hal itu karena kemudahan dariNya" [Dinukil dari Murqatul Mafatih, 5/157]

Diantara yang menunjukkan bahwa tawakkal kepada Allah tidaklah berarti meninggalkan usaha adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Imam Al-Hakim dari Ja'far bin Amr bin Umayah dari ayahnya Radhiyallahu 'anhu, ia berkata :

"Artinya : Seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal ?' Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Ikatlah kemudian bertawakkallah" [2]

Dan dalam riwayat Imam Al-Qudha'i disebutkan.

"Artinya : Amr bin Umayah Radhiyallahu 'anhu berkata, 'Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah !!, Apakah aku ikat dahulu unta (tunggangan)-ku lalu aku bertawakkal kepada Allah, atau aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakkal ? 'Beliau menjawab, 'Ikatlah kendaraan (unta)-mu lalu bertawakkallah". [Musnad Asy-Syihab, Qayyidha wa Tawakkal, no. 633, 1/368]

Kesimpulan dari pembahasan ini adalah bahwa tawakkal tidaklah berarti meninggalkan usaha. Dan sungguh setiap muslim wajib berpayah-payah, bersungguh-sungguh dan berusaha untuk mendapatkan penghidupan. Hanya saja ia tidak boleh menyandarkan diri pada kelelahan, kerja keras dan usahanya, tetapi ia harus meyakini bahwa segala urusan adalah milik Allah, dan bahwa rezeki itu hanyalah dari Dia semata.
Wajib diingat bahawa pergi memancing (berburu) itu diantara beberapa macam permainan dan seni hiburan yang disyariatkan Rasulullah s.a.w, untuk kaum muslimin, guna memberikan kegembiraan dan hiburan mereka. Di mana hiburan itu sendiri dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi ibadah dan melaksanakan kewajiban dan lebih banyak mendatangkan ketangkasan dan keinginan serta suatu latihan yang dapat mendidik kepada manusia yang berjiwa kuat.
Sesungguhnya di antara kunci-kunci rezki adalah beribadah kepada Allah sepenuhnya.
[Disalin dari buku Mafatihur Rizq fi Dhau'il Kitab was Sunnah oleh Syaikh Dr Fadhl Ilahi, dengan edisi Indonesia Kunci-kunci Rizki Menurut Al-Qur'an dan As-Sunah hal. 28 - 35 terbitan Darul haq, penerjemah Ainul Haris Arifin Lc]
_________
Foote Note.
[1] Al-Musnad, no. 205, 1/243 no. 370, 1/313 no. 373, 1/304; Jami'ut Tirmidzi, Kitabuz Zuhud, Bab Fit Tawakkal 'Alallah, no. 2344, no 2447, 7/7 dan lafazh ini adalah miliknya ; Sunan Ibni Majah, Abwabuz Zuhd, At-Tawakkul wal Yaqin, no 4216, 2/419; Kitabuz Zuhd oleh Ibnu Al-Mubarak, juz IV, Bab At-Tawakkul wat Tawaddhu' no. 559, hal 196-197 ; Al-Ihsan fi Taqribi Shahih Ibni Hibban, Kitabur Raqa'iq, Bab Al-Wara' wat Tawakkul, Dzikrul Akhbar 'amma Yajibu 'alal Mar'i min Qath'il Qulubi 'anil Khala'iqi bi Jami'il Ala'iqi fi Ahwalihi wa Asbabihi no. 730, 2/509 ; Al-Mustadzrak 'ala Ash-Shahihain, Kitabur Riqaq, 4/318 ; Musnad Asy-Syihab, Lau Annakum Tatawakkaluna ala' Allah Haqqa Tawakkulihi no. 1444, 2/319 ; Syarhus Sunnah oleh Al-Baghawi, Kitabur Riqaa, Bab At-Tawakkul 'ala Allah 'Aza wa Jalla no. 4108, 14/301. Imam At-Tirmidzi berkata, Ini adalah hadits shahih, kami tidak mengatahuinya kecuali dari sisi ini (Jami'ut Tirmidzi, 7/8). Imam Al-Hakim berkata, Ini adalah hadits dengan sanad shahih, tetapi tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim (Al-Mustadrak 'ala Ash-Shahihain, 4/318). Imam Al-Baghawi berkata, Ini adalah hadist hasan. (Syarhus Sunnah, 14/301). Dan sanadnya dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir. (Lihat, Hamisyul Musnad, 1/234). Serta Syaikh Al-Albani menshahihkannya, [Lihat, Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah no. 310, jilid 1, juz III/12]
[2] Al-Ihsan fi Taqribi Shahih Ibni Hibban, Kitabur Raqa'iq, Bab Al-Warra' wat Tawakkul, Dzikrul Akhbar bin Annal Mar'a Yajibu Alaihi Ma'a Tawakkulil Qalbi Al-Ihtiraz bil A'dha Dhidda Qauli Man Karihahu, no. 731, 2/510, dan lafazh ini miliknya ; Al-Mustadrak Alash Shahihain, Kitab Ma'rifatish Shahabah, Dzikru Amr bin Umayah Radhiyallahu 'anhu, 3/623. Al-Hafizh Adz-Dzahabi berkata, Sanad hadist ini 'jayyid'. (At-Talkhis, 3/623). Al-hafizh Al-Haitsami juga menyatakan hal senada dalam Majmau'z Zawa'id wa Manba'ul Fawa'id, 10/303. Beliau berkata, Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari banyak jalan. Dan para pembawa haditsnya adalah pembawa hadits Shahih Muslim selain Ya'kub bin Abdullah bin Amr bin Umayah

Ramadhan yang mulia

Dicatat oleh Amik





Hanya kepada Allah saya memohan petunjuk, taufik serta kekuatan untuk selalu menjauhi laranganNya, untuk diri saya sendiri dan untuk segenap umat Islam. Dan mudah-mudahan Dia menjauhkan kita dari hal-hal yang diharamkan serta menjaga kita dari hal-hal yang buruk, sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.

Telah masuk bulan ramadhan yang mulia, dan ini menjadikan kita menghentikan segala aktiviti-aktiviti yang berkaitan denagan memancing dan secara umumnya kita mula menghormati datangnya bulan yang dibarkahi ini. Semua peralatan memancing sudah disimpan kemas sejak pulang dari Pulau Sibu tempohari. Saya sudah mula melupakan cerita pancing dan sudah mula sibuk dengan amalan rukun islam yang ke tiga dan amalan sunat lain yang seiringnya dengan datangnya bulan rahmat ini.

Amat rugi jika tidak membulatkan hati untuk merebut segala yang dibawa bersama datangnya bulan rahmat ini, tidak seperti bulan yang lainnya yang mana kita disibukan dengan segala urusan dunia dan terkadang kata sangat lalai dengan kenikmatan dunia. Dari Abu Hurairah r.a.: Adalah Rasulullah s.a.w. memberi khabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda,

"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para syaitan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)

Dari Ubadah bin AshShamit, bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, AIlah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah melihat berlumba-lumbanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Kerana orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini." (HR. Ath-Thabrani, dan para periwayatnya dipercayai).
Al-Mundziri berkata: "Diriwayatkan oleh An-Nasa'i dan Al-Baihaqi, keduanya dari Abu Qilabah, dari Abu Hurairah, tetapi setahuku dia tidak pernah mendengar darinya."
Luar biasa, melihat surau penuh, sampai sebagian jamaah terpaksa sholat di kakilima atau serambi masjid. Suatu pemandangan yang sangat menyejukkan pandangan setiap muslim. Masyarakat begitu patuh mengikuti setiap rangkaian shalat tarawih, dan saya pun tidak ketinggalan,Sungguh mengharukan...

Saya ingin bertanya: Mengapa saya begitu patuh mengikuti shalat tarawih? Apa untungnya dan apa yang saya harapkan darinya?
Jawabannya hanya ada satu, yaitu yang tersurat pada hadits berikut:

"Barang siapa yang mendirikan sholat qiyam (tarawih) pada malam ramadhan karena dorongan iman dan mengharap balasan hanya dari Allah, niscaya Allah mengampuni seluruh dosa-dosanya yang telah lampau." (Riwayat Muslim)

Akan tetapi, saya teringat keadaan saya pada saat sholat lima waktu, di selain bulan ramadhan. Berapa waktu yang saya mendirikan sholat lima waktu berjama'ah di surau itu?
Kemanakah saya yang selama bulan ramadhan meramaikan surau? Mungkinkah saya telah berhijrah ke negri lain? Atau mungkinkah saya tidak mendengar seruan azan? Ataukah saya mereka risau dikenakan pungutan atau membayar sewa bila mendirikan sholat di surau?

Mungkin saya berkata: "Ah, sholat berjamaah kan hukumnya sunnah, ah saya masih penat dari bekerja..." dan alasan berbagai rupa.

Kemanakah semua alasan ini di bulan ramadhan? Bukankah alasan ini lebih tepat bila saya utarakan tentang sholat tarawih yang hukumnya sunnah, dan berjamaahnya pun sunnah. Andai mereka sholat tarawih atau qiyamul lail di rumah masing-masing di akhir malam tentu itulah yang lebih bagus dan utama.

Saya cuba bertanya kepada iman yang berdiam diri dalam istana sanubari anda: Mengapa semangatmu tidak kunjung berkobar untuk menghantarkan memenuhi panggilan Allah yang dikumandangkan oleh para muazzin?

Pening! Bukankah Tuhan yang saya ibadahi dalam sholat tarawih adalah Tuhan Yang saya Ibadahi dalam shalat fardhu? Mengapa saya berbeza sikap pada keduanya? Bukankah Tuhan Yang saya ibadahi di bulan Ramadhan adalah Tuhan Yang saya ibadahi di bulan-bulan lainnya? Mengapa saya bersikap pilih kasih kepada-Nya?

Apakah dibulan ramadhan saya terbebas dari belenggu setan, sehingga saya merasa ringan untuk memenuhi seruan Allah yang dikumandangkan oleh para muazzin? Sedangkan di selain bulan Ramadhan, belenggu setan begitu kuat melilit saya, sehingga saya tak berdaya melawannya.

Dimana senjata dan luka itu?

"Setan senantiasa mengikatkan pada tengkuk salah seorang darimu bila ia tidur sebanyak tiga ikatan. Ia memukul setiap ikatan (agar menjadi kuat) sambil berkata: "malam masih panjang, maka tidurlah." Bila ia terjaga, kemudian ia menyebut nama Allah, terurailah satu ikatan, bila ia berwuduk, terurailah satu ikatan lainnya, dan bila ia mendirikan sholat, terurailah ikatan ketiga, sehingga iapun pada pagi itu dalam keadaan bersemangat dan berjiwa baik. Bila ia tidak (melakukan ketiga hal itu), maka pada hari itu ia akan berjiwa buruk dan malas." (Muttafaqun 'alaih)

Mungkinkah ini yang tejadi pada diri saya? dan demikian, maka apakah ubatannya.Dari Hadith Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, semoga saya dan sahabat-sahabat menjadi para pemakmur masjid-masjid Allah Ta'ala.

"Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (Qs. At Taubah: 18)

Semoga kita termasuk orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat di atas. Amiin. Dan semoga shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Wallahu a'alam bisshawab.

Rujukan:
1. Artikal nasihat Ramadhan oleh Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A
2. Risalah Ramadhan oleh Syaikh Abdullah bin Jaarullah bin Ibrahim Jaarullah