Mukadimah

Sesungguhnya segala puji adalah milik Allah. Kita memuji, memohon pertolongan dan meminta ampunanNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan dan keburukan amal perbuatan kita. Siapa yang ditunjukan Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang dapat menunjukanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. semoga shalawat, salam dan keberkahan dilimpahkan kepada beliau, keluarga, sahabat dan segenap orang yang mengikutinya.

Amma ba'-du.

Dicatat oleh Amik

Sahabatku ... Semoga Engkau Mengetahui Hak-hak Ini

Saudaraku yang semoga dirahmati Allah. Sungguh persahabatan merupakan suatu karunia dari Allah Ta’ala. Sebagaimana firman Allah yang artinya,“Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara” (Ali Imran : 103). Ini adalah nikmat Allah yang sangat agung. Maka seharusnya kita menjaganya dengan memperhatikan hak-hak di antara sahabat. Pembahasan berikut, berisi sebagian hak-hak persahabatan yang seharusnya diperhatikan oleh orang-orang yang mengikat tali tersebut.

Bersahabatlah karena Allah

Ingatlah wahai saudaraku -semoga Allah menunujuki kita untuk taat kepada-Nya-, bahawa tujuan kita bersahabat adalah sentiasa untuk mengaharap ridha Allah Ta'ala. Dan janganlah sekali-kali persahabatan tersebut dijadikan untuk mendapatkan kepentingan dunia semata.

Persahabatan yang dilandaskan saling cinta karena Allah itulah yang akan mendapatkan manisnya iman, sebagaimana Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda yang ertinya,"Ada tiga perkara yang apabila seseorang memilikinya akan mendapatkan manisnya iman, iaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, dia mencintai seseorang tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah, dan dia tidak suka kembali kepada kekufuran setelah Allah membebaskan darinya sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api." (HR. Bukhari)

Di samping itu, persahabatan seperti inilah yang akan kekal hingga hari kiamat nanti, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman yang artinya,"Teman-teman akrab pada hari (kiamat) nanti sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa."(QS. Az Zukhruf : 67).

Imam Ibnu Katsir rohimahulloh mengatakan bahawa setiap persahabatan yang dilandasi cinta karena selain Allah, maka pada hari kiamat nanti akan kembali dalam keadaan saling bermusuhan. Kecuali persahabatannya dilandasi cinta karena Allah ‘azza wa jalla, inilah yang kekal selamanya. (Tafsir Ibnu Katsir)

Maka perhatikanlah wahai saudaraku, sudah benarkah niat kita dalam bersahabat?! Apakah persahabatan tersebut hanya untuk menyelesaikan urusan duniawi semata?!! Setelah urusan tersebut selesai, kita meninggalkan sahabat kita!! Ingatlah, persahabatan yang benar adalah persahabatan yang dilandasi cinta karena Allah, yaitu seseorang mencintai sahabatnya karena tauhid yang dia miliki, pengagungan dia kepada Allah, dan semangatnya dalam mengikuti sunnah Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam.



Berbuat Itsar-lah pada Sahabatmu

Di antara hak terhadap sesama yang dianjurkan adalah mendahulukan sahabatnya dalam segala keperluan (baca : itsar) dan perbuatan ini dianjurkan (mustahab).

Perhatikanlah firman Allah Ta'ala yang artinya,"Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan" (QS. Al Hasyr : 9).

Kaum Ansar yang terlebih dahulu menempati kota Madinah, mereka mendahulukan saudara mereka dari kaum Muhajirin dalam segala keperluan, padahal mereka sendiri membutuhkannya.

Sungguh sangat menakjubkan, seorang sahabat Ansar yang memiliki dua istri ingin menceraikan salah satu istrinya. Kemudian setelah masa 'iddahnya berakhir dia ingin menikahkannya dengan sahabatnya dari kaum muhajirin. Adakah bentuk itsar yang lebih daripada ini?!! (Aysarut Tafaasir, Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi)

Perbuatan itsar ini hanya berlaku untuk urusan duniawi (seperti mendahulukan saudara kita dalam makan dan minum). Sedangkan dalam masalah ketaatan (perkara ibadah), perbuatan ini terlarang. Karena maksud dari ibadah adalah pengagungan kepada Allah Ta’ala. Maka barangsiapa yang mendahulukan saudaranya dalam hal ini, berarti dia telah meninggalkan pengagungan terhadap Allah Ta’ala yang dia sembah. Oleh karena itu, kita tidak diperbolehkan mendahulukan saudara kita (itsar) untuk menempati shaf pertama dalam sholat berjama’ah, sedangkan kita di shaf belakang. (Lihat Al Wajiz fii Iidhohi Qowa’id Al Fiqhi Al Kulliyati)

Bantulah Sahabatmu yang Berada dalam Kesulitan

Misalnya ada saudara kita yang membutuhkan bantuan pinjaman. Maka berusahalah untuk menolongnya dengan memberi pinjaman hutang padanya. Karena pemberian hutang yang pertama kali merupakan kebaikan. Sedangkan pemberian hutang kedua kalinya adalah sedekah. Sebagaimana dalam hadits riwayat Ibnu Majah, Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya,"Barangsiapa yang memberi hutang kepada saudaranya kedua kalinya, maka dia seperti bersedekah padanya.”

Jagalah Kehormatan Sahabatmu

Wahai saudaraku, jagalah kehormatan sahabatmu, karena Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda pada khutbah ketika haji Wada' yang artinya,"Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian adalah haram." (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).

Di antara bentuk menjaga kehormatan saudara kita adalah menjaga rahasianya yang khusus diceritakan pada kita. Rahasia tersebut adalah amanah dan kita diperintahkan oleh Allah untuk selalu menjaga amanah. Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya,"Apabila seseorang membicarakan sesuatu padamu, kemudian dia menoleh kanan kiri, maka itu adalah amanah."(HR. Abu Daud dalam sunannya). Perbuatan seperti ini saja dilarang, apalagi jika sahabatmu tersebut memintamu untuk tidak menceritakannya pada orang lain. Maka yang demikian jelas lebih terlarang. (Huququl Ukhuwah, Syaikh Sholeh Alu Syaikh).

Semoga dengan mengamalkan hak-hak ini, kita akan menjadi orang-orang yang akan mendapatkan naungan Allah di akhirat kelak, di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Amin.

Belajar Islam | Akhlaq
Ditulis oleh Muhammad Abduh Tuasikal on Rabu, 30 Desember 2009

Trip ke Kelong Sri Pantai Pontian

Dicatat oleh Amik


Dah lama saya tak turun ke laut untuk memancing, bercerita tentang memancing pun tak ada memandangkan bukan musimnya untuk ke laut.



Rindu pada angin dan kesunyian laut yang membuatkan saya tak sabar untuk kelaut lagi.
Saya bertolak ke kelong selepas Jumaat, sampai di Pontian, sempat juga saya minum cendol mamak di tepi bas station lama bertepikan laut. Hujan turun lebat semasa saya menunggu Kamal dan Bob sampai, jadi saya ambil keputusan untuk menunggu mereka di Masjid Jamik Pontion memandangkan asar pun dah masuk waktu.

Pukul 5:00 pm saya dah ada di jeti untuk ke Kelong Sri Pantai dengan Bob dan Kamal. Dalam hati tak ingat ikan sangat sebab biasanya rezeki saya kurang bila memancing di tebing atau pinggir laut termasuklah dirakit tapi fikiran saya mengharapkan rezeki saya berubah bila memancing dari kelong nanti. Inilah pertama kalinya saya memancing di kelong Selat Melaka.

Kami bertolak dari jeti nelayan Pontian Besar ke Kelong, air pun dah mula surut,sampai di kelong lebih kurang pukul 6:30 pm. Ada beberapa orang nelayan sibuk pilih anak ikan dan udang semasa kami sampai, dalam hati, mesti tak musim ikan bila saya melihat cuma ada anak ikan yang mereka jaring.

Selepas solat maghrib baru saya turunkan pancing, dah agak tak ada ikan sangat, cuma saya rasa tenang bila disini. Hingga tengah malam, masih tak ada ikan yang makan umpan saya, malas nak mancing lagi, letak joran kat tepi, tidur besok pagi sambung sambil mengharap esok nasib akan berubah.

Seawal pukul 5:00 pagi, saya mencuba lagi hingga ke tengah hari tapi semuanya tak kena.Tukar mata kail,tukar umpan, beralih tempat pun sudah, tapi hasilnya sama. Em tangan kosong betul hari ini, ikan tahun baru saya masih tak nampak lagi.

Terdetik dalam hati, mungkin rezeki saya belum tiba. Rezeki tetap ada, cuma lambat atau cepat, besar atau kecil, jauh atau dekat, tinggi atau rendah, banyak atau sikit, semuanya sudah ditetapkan. Bersyukur bila sampai semula dirumah melihat anak-anak dan isteri saya. Anak-anak nampak kecewa bila ayahnya pulang tak ada ikan. Tapi mereka tetap gembila dengan kepulangan saya.