Setiap anak sebagai individu yang berbeda. Seorang anak dengan yang lainnya memiliki kelakuan yang berbeza. Memiliki bakat dan minat yang berbeza pula. Karenanya, dalam menyerap ilmu dan mengamalkannya berbeza satu dengan yang lainnya. Sering terjadi, terutama pada pasangan muda, orangtua mengalami “sindroma” anak pertama. Karena didorong idealisme yang tinggi, mereka memperlakukan anak tanpa memerhatikan aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan anak. Misal, anak diajar untuk boleh menulis dan membaca pada usia 2 tahun, tanpa memerhatikan tingkat kemampuan dan kelembutan tangan dan jari halus (kemampuan mengoordinasikan gerakan tangan) anak.
فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (At-Taghabun: 16)
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Apabila aku melarangmu dari sesuatu maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu perkara maka tunaikanlah semampumu.” (HR. Al-Bukhari, no. 7288)
Kata مَا اسْتَطَعْتُم (semampumu) menunjukkan kemampuan dan kesanggupan seseorang berbeza-beza, bertingkat-tingkat, satu dengan lainnya tidak boleh disamakan. Ini semua karena pengaruh berbagai macam latar belakang.
Kebiasanya ibu dan ayah memberi tugas sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak
لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al-Baqarah: 286)
Ayah dan ibu sentiasa menghargai niat, usaha dan kesungguhan anak-anak ayah dan tidak memaksa anak ayah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi Allah melihat kepada hati (niat) dan amal-amal kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Ibu dan ayah selalu mengingatkan antara satu sama lain agar tidak mencaci maki anak karena kegagalannya. Tapi berikan ungkapan-ungkapan yang bisa mendorong anak untuk bangkit dari kegagalannya. Misal, “Ayah tidak marah, Nurin belum hafal sifir. Ayah tahu, Nurin sudah berusaha menghafal. Lain kali, kita coba lagi ya.”
Sukar untuk ibubapa tidak membentak, memaki dan merendahkan anak. Walaupun di hadapan teman-temannya atau di hadapan umum. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (An-Nisa`: 5)
Ayah dan ibu tidak akan membuka aib (kekurangan, kelemahan) yang ada pada anak di hadapan orang lain. Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa menutup (aib) seorang muslim, Allah akan menutup (aib) dirinya pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari no. 2442)
Bila anak ayah melakukan kesalahan, ibu dan ayah selaunya menyalahannya semata-mata. Tapi selalunya ayan berikan penyelesaian dengan memberitahu perbuatan yang benar yang seharusnya anak ayah lakukan. Tentunya, dengan cara yang hikmah. ‘Umar bin Abi Salamah radhiyallahu ‘anhu berkata:
كُنْتُ غُلَامًا فِي حِجْرِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يَا غُلَامُ، سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ
“Saat saya masih kecil dalam asuhan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya menggerak-gerakkan tangan di dalam bekas makanan (yang ada makanannya). Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatiku, ‘Wahai anakanda, sebutlah nama Allah (yaitu bacalah Bismillah saat hendak makan). Makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang ada di sisi dekatmu’.” (HR. Al-Bukhari no. 5376)
Ayah dan ibu suka tidak memanggil atau menyeru anak-anak dengan sebutan yang jelek. Seperti perkataan: “Dasar bodoh!” Ini berdasarkan hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ
“Janganlah kalian menyeru (berdoa) atas diri kalian kecuali dengan sesuatu yang baik. Karena, sesungguhnya malaikat akan mengaminkan atas apa yang kalian ucapkan.” (HR. Muslim no. 920)
Percayalah setiap ayah dan ibu sentiasa memberbanyakan ucapan-ucapan yang mengandung muatan doa pada saat di hadapan anak. Seperti ucapan:
بَارَكَ اللهُ فِيْكُمْ
“Semoga Allah memberkahi kalian.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (Al-Baqarah: 83)
Juga selalu mendoakan kebaikan bagi sang anak, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa’.” (Al-Furqan: 74)
Kami berdua berusaha untuk senantiasa berlaku hikmah dan adil dalam menghadapi masalah anak. Tidak mengedepankan emosi. Tidak mudah menjatuhkan hukuman. Memikirkan setiap masalah yang ada pada anak dengan penuh hikmah, tabayyun (klarifikasi). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا
“Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.” (Al-Baqarah: 269)
Bersikap adil terhadap anak-anak dan berbuat baik kepadanya memang sukar bila ayah dan ibu bila mempunyai anak-anak, kami sudah melakuan dengan seadilnya
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (An-Nahl: 90)
Kami cuba hindari sikap-sikap dan tindakan yang menjadikan anak mengalami trauma, blocking (mogok), malas atau enggan belajar. Sebaliknya, ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا، بَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا
“Permudah dan jangan kalian persulit. Gembirakan, dan jangan kalian membuat (mereka) lari.” (HR. Al-Bukhari no. 69)
Kadang-kadang ayah dan ibu pun tak dapat menunaikan janji kami pada kamu semua.
Sebagai seorang Muslim mungkin saja ayah berusaha dan memenuhi semua hal di atas dan
memohon kepada Allah untuk keberhasilan dan pertolongan. Namun demikian,
apa yang terjadi mungkin saja berbeda dengan apa yang kita harapkan. Maka
kita hendaklah menyadari bahwa hal ini adalah bagian dari ketetapan takdir
Allah yang terjadi atas izin-Nya. Lihatlah kisah Nabi Nuh, dia bukanlah anak yang
shalih. Dan lihatlah isteri Nabi Luth yang juga bukanlah isteri yang shalihah
sebagaimana isteri Nabi Nuh, meskipun mereka menikah dengan Nabi Allah.
Allah berfirman:
“Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku,sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.” Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." Nuh
berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat) nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi."
(QS Hud [11] : 45-47)
Maka seorang Muslim hendaknya bekerja dan mentaati perintah syariat. Dan setiap orang akan dimudahkan untuk memperoleh apa yang telah ditetapkan baginya.
Ya Allah, jadikanlah kami dari orang-orang yang memberi petunjuk dan yang memperoleh petunjuk, dan bukan orang-orang yang tersesat dan menyesatkan.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nab Muhammad , keluarga dan para sahabatnya.
Mukadimah
Amma ba'-du.
Semasa ayah seusia kamu, ayah begitu yakin bahawa sekolah kebangsaan itu lebih utama dari sekolah agama (ilmu duniawi itu lebih penting daripada ilmu agama) hinggakan ayah ponteng sekolah agama untuk latihan sukan disekolah menengah. Ayah sendiri lebih menghormati guru-guru di sekolah menengah dan malas mengaji AlQuran dengan alasan banyak kerja sekolah menengah hendak dibuat. Ramai yang sependapat dengan ayah pada masa itu.
Tapi yang sebenarnya, inilah tipu muslihat dan tekanan kesan dari tinggalan pemikiran kafir yang menjajah bangsa dan tanah kita, memesong arah kiblat kita. Mereka mendidik kita agar mengutamakan ilmu dunia daripada ilmu agama. Kecelakaan yang lain adalah buruknya strategi dan sistem pembelajaran di berbagai sukatan pelajaran. Dibanyak negara Islam yang menyerahkan penetapan sistem pembelajarannya kepada orang-orang kafir, atau para pendukung pemikiran-pemikiran “penjajah” lainnya. Padahal mereka itulah yang justru menjadi pendukung musuh-musuh ummat untuk menghancurkan ummat itu sendiri. Merekalah yang menyokong dan menolong musuh-musuh itu untuk melancarkan perang peradaban kepada putra-putri kaum muslimin.
Ingatlah dengan sejarah ilmuan islam, mereka banyak mengkaji dan mendalami ilmu didalam AlQuran. Para penjajah tidak menguasai negeri kaum muslimin kecuali karena beberapa faktor, dan yang terpenting diantaranya adalah kejahilan dan kebodohan kaum muslimin. Tersebarnya pemahaman dan pemikiran yang merusak tidak lain disebabkan kosongnya akal fikiran kita dari pemahaman yang benar. Satu hal yang sangat menyedihkan adalah kebodohan terhadap Islam itu justru tersebar di kalangan para pengembang misi kebaikan dikalangan kita. Dan justru terjadi pada ummat yang perintah pertama yang turun dalam Kitab suci mereka adalah Iqra’ bismirabbika-lladzi khalaq, bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan! Ini menunjukkan bahwa perintah berilmu mendahului perintah untuk berda’wah.Dan jangan lupa, rasa rendah diri di hadapan ilmu-ilmu duniawi dan pandangan rendah terhadap ilmu-ilmu agama juga turut dalam proses melemahkan ilmu agama. Merdekalah anak-anak ayah dari mereka semua.
Sesungguhnya hajat kita pada ilmu tidak lebih sedikit dari hajat kita pada makanan dan minuman. Sebab hanya dengan ilmu-lah kehidupan spiritual (agama) dan materil (dunia) kita akan tertegakkan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
Barangsiapa yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan kebaikan, maka Ia akan membuatnya paham terhadap agamanya.
Allah Taala telah menyebut keistimewaan Ilmu (Agama/Tauhid) dan orang-orang yang mempunyai Ilmu secara istimewa pada tingkat yang tertinggi dari lain-lain tingkat atau kedudukan manusia sebagaimana FirmanNya yang bermaksud:
“Allah telah terangkan bahawa tidak ada Tuhan melainkan Dia yang berdiri dengan keadilan dan disaksikan oleh malaikat dan ahli-ahli ilmu.” (Surah Al-Imran, ayat 18).
Dan orang-orang yang kafir itu berkata: “Engkau bukanlah seorang Rasul dari Allah”. Katakanlah (kepada mereka): “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dengan kamu, dan juga disaksikan oleh orang-orang yang ada ilmu pengetahuan mengenai Kitab Allah”. (Surah Al-Rad:43)
Berdasarkan pengiktirafan Allah Taala di atas, maka sewajarnyalah sebagai seorang hamba yang ingin mencapai kehampiran denganNya, pertama-tamanya melengkapkan dirinya, hatinya, ruhnya dan rahsianya dengan ILMU tentang agama itu. Hanya dengan pancaran Nur Ilmu inilah seseorang itu akan;
• mendapat keselamatan dari tipu daya dan kesesatan,
• mendapat bimbingan ke arah “jalan yang lurus”,
• menjejaki sempadan untuk terbang ke Alam Ghaib untuk mencapai puncak daerah “yang tidak terhad”,
• menikmati erti kebahagiaan yang hakiki.
Anas bin Malik r.a. berkata; Rasulullah SAW. bersabda yang bermaksud;
Siapa yang ingin melihat orang yang dimerdekakan Allah dari Neraka, maka lihatlah para murid(pelajar-pelajar agama), maka demi Allah yang jiwa Muhammad di tanganNya, tiada seorang pelajar yang hilir-mudik ke pintu orang Alim melainkan Allah menulis untuknya
• bagi tiap-tiap huruf yang dipelajarinya dan tiap-tiap langkah sama dengan ibadat satu tahun,
• dan untuk tiap langkah satu kota di syurga,
• dan setiap ia berjalan dimintakan ampun oleh bumi,
• dan setiap pagi dan petang tetap diampunkan dosanya,
• dan disaksikan oleh malaikat bahkan mereka berkata: Mereka inilah yang dimerdekakan oleh Allah dari api neraka.
Abu Laits berkata: Saya telah mendengar Abu Jaafar meriwayatkan dengan sanadnya;
Bahawa Nabi SAW. masuk ke masjid dan melihat dua majlis orang-orang berkerumun, yang satu majlis orang-orang yang berzikir, sedang majlis yang lain orang-orang mempelajari fekah dan berdoa mengharapkan rahmat Allah, maka sabda Nabi SAW. yang bermaksud;
Kedua-dua majlis ini baik dan yang satu lebih afdhal(utama) dari yang lain. Adapun mereka itu berzikir minta kepada Allah, terserah apakah diterima atau ditolak oleh Allah. Adapun yang ini maka mereka belajar dan mengajar pada orang yang bodoh, sedang aku diutus sebagai guru, maka mereka ini yang lebih afdhal. Kemudian Nabi SAW. duduk bersama mereka.
Abu Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Katsier bin Qays berkata: Saya duduk bersama Abur Darda’ r.a. di Masjid Damsyik, tiba-tiba datang seorang dan berkata: Saya datang kepadamu dari Madinah, kerana saya mendengar bahawa kamu meriwayatkan satu Hadis dari Rasulullah SAW. Lalu ditanya oleh Abu Dardaa’: Apakah kamu tidak datang untuk berdagang atau hajat keperluan lain-lainnya, betul-betul kamu tidak datang kecuali untuk belajar hadits ini? Jawabnya: Benar-benar saya tidak datang kemari kecuali untuk belajar Hadis ini. Maka Abu Dardaa’ berkata: Saya telah mendengar Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
“Siapa yang berjalan di jalan untuk menuntut ilmu,
• maka Allah akan memudahkan baginya jalan dari jalan-jalan syurga.
• Dan malaikat selalu menghamparkan sayapnya untuk menaungi orang yang menuntut ilmu kerana redha dengan apa yang dilakukan.
• Dan seorang yang alim itu dimintakan ampun oleh semua penduduk langit dan bumi dan ikan-ikan di dalam air’ dan kelebihan seorang alim terhadap seorang ahli ibadat sebagaimana kelebihan bulan purnama terhadap lain-lain bintang.
• Dan, ulama’ itu sebagai pewaris dari nabi-nabi, dan nabi-nabi itu tidak mewariskan harta perak atau emas, tetapi mereka mewariskan ilmu, maka siapa yang mendapatkannya bererti telah mendapat bahagian yang sebanyak-banyaknya.”
Abu Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas’ud r.a. yang bermaksud:
“Dua macam kerakusan yang tidak kunjung kenyang, iaitu yang menuntut ilmu dan yang mengejar dunia, tetapi keduanya tidak sama, adapun yang menuntut ilmu maka sealalu bertambah diredhoi Allah, sedang yang mengejar kekayaan dunia bertambah maharajalela dalam kesesatannya,
Kemudian ia membaca yang membawa maksud : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah “. Dan membaca yang bermaksud “Tidak, tidak demikian, tetapi manusia akan melampaui batas bila ia merasa kaya, tidak berhajat kepada orang lain”.
Abu Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhamad bin Sirin berkata: Ketika saya masuk ke Masjid Bashrah, sedang Al Aswad bin Sarie’ dikerumuni orang yang sedang mendengar pengajiannya, dan di lain sudut masjid orang berkerumun membicarakan ilmu feqah, lalu saya sembahyang tahiyyatul masjid di antara mereka, kemudian setelah selesai, tergerak dalam hati : Andaikan saya hadir di majlis zikir, kalau-kalau mereka diterima atau mendapat rahmat saya pun akan mendapat juga, tetapi jika saya duduk bersama ahli feqah kemungkinan saya mendengar apa-apa yang belum pernah saya dapat, dalam perasaan yang sedemikian itu akhirnya saya keluar dan tidak duduk bersama mereka, dan pada malamnya saya bermimpi didatangi seorang yang berkata:
Andaikata kau duduk bersama ahli feqah nescaya kamu mendapat Jibril duduk bersama mereka.
Abu Laits berkata: Abul Qasim AbdulRahman bin Muhammad meriwayatkan dengan sanadnya dari Al-Hasan Alhasri berkata;
Saya tidak mengetahui satu amal yang lebih afdhal dari jihad selain menuntut ilmu,
• maka itu lebih afdhal dari jihad fisabilillah dan
• siapa yang keluar dari rumahnya untuk menuntut satu bab dari ilmu agama, maka dinaungi oleh malaikat dengan sayapnya dan didoakan oleh burung-burung di udara, dan binatang-bintang buas di hutan, dan ikan di laut, dan
• diberi pahala oleh Allah pahala 70 orang shiddiq.
• Kerana itu, tuntutlah ilmu dan carilah untuk ilmu itu ketenangan dan kesabaran, dan
• kesopanan, dan
• rendahkan dirimu terhadap gurumu dan terhadap muridmu.
• Jangan kamu gunakan untuk menyaingi ulama dan membantah mendebat orang-orang bodoh dan
• jangan menjilat-jilat kepada pemerintah,
• dan jangan sombong terhadap hamba Allah.
• Jangan sampai kamu menjadi ulama yang kejam yang dimurkai Allah sehingga disungkurkan mereka itu ke dalam neraka jahanam.
• Carilah ilmu yang tidak merosakkan ibadatmu kepada Allah dan
• beribadatlah kepada Allah sekiranya tidak menghalangi kamu untuk mencari ilmu, sebab tidak berguna ilmu tanpa ibadat, atau ibadat tanpa ilmu, dan
• jangan menjadi seperti orang-orang beribadat tanpa ilmu sehingga setelah kurus kering badannya tiba-tiba keluar dengan pedangnya memerangi kaum muslimin, padahal andaikan mereka mencari ilmu nescaya ilmu itu dapat menghalangi mereka dari perbuatan itu dan
• seorang yang beramal tanpa ilmu itu bagaikan orang yang sesat jalan, tambah rajin bertambah jauh, dan salahnya lebih banyak dari benar.
Ketika ditanya dari manakah keterangan mu itu hai Abu Saaid? Jawabnya saya telah bertemu dengan 70 sahabat yang ikut dalam perang Badar dan saya mencari ilmu itu selama 40 tahun.
Mu’adz bin Jabal r.a berkata; Belajarlah ilmu kerana;
• belajar itu hasanat (kebaikan) dan
• mencari ilmu itu ibadat, dan
• mengingatinya sama dengan tasbih, dan
• menyelidikinya sama dengan jihad, dan
• mengajar kepada yang tidak mengetahui itu sedekah, dan
• memberikannya kepada yang berhak(ahli) itu taqqarub(mendekatkan diri dengan Allah),
• sebab ilmu itu jalan untuk mencapai tingkat-tingkat ke syurga. Dan
• ia yang menjinakkan(menghibur) sewaktu bersendirian dan
• kawan dalam pengasingan, dan
• kawan dalam kesepian, dan
• penunjuk jalan kesenangan,
• penolong menghadapi kesukaran, dan
• keindahan di tengah-tengah kawan, dan
• senjata untuk menghadapi musuh.
• Allah meninggikan darjat beberapa golongan dengan ilmu itu sehingga dijadikanya pimpinan yang dapat diikuti jejak mereka, ditiru perbuatan mereka,
• Malaikat suka berkawan dengan mereka, dan mengusap-usap mereka dengan sayapnya dan didoakan oleh semua benda basah mahupun yang kering, dan ikan-ikan di laut dan semua serangga, dan binatang-bintang buas di darat dan laut dan semua ternak.
• Sebab ilmu itu dapat menghidupkan hati dan kebodohan dan
• pelita dari kegelapan dan
• kekuatan dari segala kelemahan dan
• alat untuk mencapai darjat abrar dan yang baik-baik di dunia dan di akhirat.
• Dan memperhatikan ilmu itu menyamai puasa, sedang
• mengingat-ingatinya menyamai bangun malam dan
• dengan ilmu tersambung hubungan kerabat,
• dan dikenal halal dari haram, dan
• ilmu itu penuntun amal, sedang amal tetap menjadi pengikutnya dan
• ilmu itu diberikan Allah kepada orang-orang yang akan bahagia dan diharamkan dari orang-orang yang celaka dan rugi.
Beraneka ragamnya sarana hiburan dan permainan, dan terbagi-baginya pelbagai cabang ilmu juga turut serta berperang dalam melemahkan ilmu-ilmu syar’i. Sehingga kita menemukan seorang alim hanya membatasi dirinya dalam satu kepakaran ilmu syar’I seperti Ushul fiqih misalnya. Padahal ulama terdahulu –misalnya- ada yang berhasil menguasai Tafsir, Fiqih, Hadits dan hampir semua disiplin ilmu syar’i.
Semua faktor tersebut adalah hal-hal yang menyebabkan lemahnya motivasi ummat untuk menyelami ilmu syar’i. Dan itu terjadi justru di zaman dimana ummat manusia sangat membutuhkan bimbingan ilmu ini. Maka apakah generasi-generasi kita saat ini mampu mengembalikan ilmu dan amal dalam kehidupan mereka seperti yang dahulu pernah diraih oleh para pendahulu mereka? Saya berharap demikian.
Untuk itu, menuntut ilmu agama adalah merupakan perkara yang menjadi kemestian bagi sesiapa sahaja, kerana dengan ilmu yang shohih sahajalah syariat dapat ditegakkan, dan dengan ilmu yang benar sahajalah thoriqat dapat diluruskan malahan dengan ilmu makrifat sahajalah hakikat dapat disempurnakan. Benarlah kata orang-orang Sufi;
Hakikat tidak akan muncul sewajarnya jika syariat dan thoriqat belum betul lagi kedudukannya. Huruf-huruf tidak akan tertulis dengan betul jika pena tidak betul keadaannya.
Untuk anak-anak ayah....
Ayah takde kekayaan untuk ditinggalkan....
Ayah takde kemewahan untuk dibahagi-bahagikan...
Ayah takde kejayaan untuk dibanggakan...
Ayah takde kekuatan untuk dicontohi...
Ayah cuma ada sayang untuk dibekalkan
Ayah cuma ada kasih untuk dikongsikan...
Ayah cuma ada pesan untuk digunakan...
Ayah cuma ada rindu untuk diingati...
Ayah bangga ada senyum kamu...
Ayah bangga ada kasih kamu...
Ayah bangga ada rindu kamu...
Ayah bangga ada sayang kamu...
Ayah tinggalkan kamu dengan sayang...
Ayah tinggalkan kamu dengan ilmu...
Ayah tinggalkan kamu dengan kasih...
Ayah tinggalkan kamu dengan rindu...
Ayah mohon maaf jika ada kurang...
Ayah minta halal apa yang dihidang...
Ayah Pohon doa bagi ayah lapang...
Ayah rayu Al-Fatihah untuk ayah tenang...
Ayah mahu kalian berjaya....
Ayah doakan kalian bahagia...
Ayah restu kalian hidup sempurna...
Ayah redha kalian gembira....
Selamat Hari Lahir
Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunanNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu-nafsu kita dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barang siapa yang ditunjuki oleh Allah maka tidak ada yang boleh menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak seorangpun yang boleh menunjukinya. Aku bersaksi bahawa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahawa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.
Putra dan putri ku.
Laman ini ayahanda ujudkan diatas niat yang ikhlas kerana Allah sekadar untuk memberi peringatan kepada putra dan putri ayahanda dan ayahanda sendiri agar anakanda semua menjadi manusia yang berperibadi tinggi, mulia, tinggi darjatnya dan dikasihi Allah. Sesungguhnya ayahanda teramat bersyukur diatas kemurahanNya mengurniakan ayahanda zuriat yang sihat dan sempurna. KepadaNya saya memanjatkan kesyukuran agar segala amanah yang ditanggungjawabkan keatas ayahanda dapat ayahanda penuhi dangan melaksanakan mengikut apa yang telah diwasiatkan dari ajaran agama beraliran dengan ninda anakanda, guru-guru ayahanda, pengarang-pengarang buku yang ayahanda pernah ulangkaji dan semua yang pernah mengajarkan ilmu yang sangat bermanfaat. Hanya Allah sahajalah yang layak membalas keatas keikhlasan mereka. Amin.
Putra dan putriku tercinta! Ayahanda adalah seorang laki-laki yang sudah beranjak ke usia empat puluh tahun.Telah melewati masa remaja, dan ayahanda tinggalkan impian-impian dan khayalan-khayalan. Berbagai negeri telah ayahanda kunjungi dan banyak orang ayahanda jumpai. Pahit getirnya dunia telah ayahanda lalui. Karena itu, dengarkanlah nasihat-nasihat ayahanda yang benar lagi jelas berdasarkan pengalaman-pengalaman ayahanda. Pasti belum pernah engkau mendengarkannya dari orang lain. Maka rajinlah membacanya dan mengulangkali daripada sini. Moga anakanda semua redha dan ikhlas untuk mengamalkanya.
Anakanda, sebagai darah daging ayahanda dan bonda, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keduanya. Anakanda mempunyai hak-hak yang merupakan kewajiban orang tuanya untuk menunaikan hak-hak tersebut. Jadi bukan hanya anakanda sahaja yang mempunyai kewajiban atas orang tua, tetapi orang tua pun mempunyai kewajiban atas anakanda.
Anakanda, ayahanda dan bonda dalam membesarkan dan mendidik anak-anak akan menghadapi berbagai cabaran dan kerenah serta ujian dan hanya Allah s.w.t. menyediakan ganjaran yang setimpal kepada kami berdasarkan kepada hadith Imam Ahmad yang telah meriwayatkan daripada 'Uqbah bin Amir Al-Juhani, katanya: Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. berkata: Maksudnya: "Siapa yang mempunyai tiga orang anak perempuan, lalu dia sabar terhadap mereka, serta diberinya mereka makan minum dan pakaian dari hartanya, nescaya mereka akan menjadi pelindungnya dari api neraka." Al-Humaidi telah meriwayatkan dari Abu Said, daripada Nabi s.a.w., bahawasanya baginda bersabda: Maksudnya: Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan, atau tiga saudara perempuan, atau dua anak perempuan, atau dua saudara perempuan, lalu dia menjaga mereka dengan baik, sabar atas mereka, dan bertaqwa kepada Allah dalam urusan mereka, nescaya dia akan masuk syurga." Putriku. Petunjuk-petunjuk Rasulullah s.a.w. serata pengajaran Islam dalam hal kewajiban mengambil berat terhadap anak-anak perempuan, dan perlaksanaan keadilan dalam persamaan antara mereka dengan anak-anak lelaki, agar dapat mencapai syurga yang luasnya seluas petala langit dan bumi. Dan keredhaan Allah itulah yang tinggi sekali….
Dan putraku! Warisan bagi Allah 'Azza wajalla dari hambaNya yang beriman ialah putranya yang beribadah kepada Allah sesudahnya. (HR. Ath-Thahawi).
Salah satu kenikmatan Allah atas seorang ialah dijadikan anaknya mirip dengan ayahnya (dalam kebaikan). (HR. Ath-Thahawi)
Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?" Nabi Saw menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu)." (HR. Aththusi).
Putra dan putriku yang tersayang! Dekatkanlah diri kepada Allah. Mengakui sesuatu yang benar itu benar sekalipun ia menyanggahi kepentingan dan kehendak diri kita. Mengakui yang salah itu salah, sekalipun kita sudah terbabit dengan yang salah tersebut.
Ketahuilah, bahawa anak kecil merupakan amanat bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang diarahkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orangtuanya di dunia dari akhirat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagai mana binatang ternak, niscaya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh penguru dan walinya. Maka hendaklah ia memelihara mendidik dan membina serta mengajarinya akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa."
Firman Allah Ta'ala:
" Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ….(Surah Al Mu'min: 60)
" Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku….."(Surah Al-Baqarah : 186).
Diriwayatkan dari An Nu'man bin Basyir Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi bersabda:
"Do'a adalah ibadah"
Doa mempunyai peranan yang penting sekali dalam pendidikan anak, bahkan dalam seluruh urusan kehidupan, dan hanya Allah'Azza wa Jalla yang memberikan taufik dan hidayah. Ayahanda dan bonda mungkin telah berusaha sedayanya dalam upaya mendidik anaknya agar menjadi orang shaleh tetapi tidak berhasil. Sebaliknya, ada anak yang menjadi orang shaleh sekalipun terdidik di tengah lingkungan yang menyimpang dan buruk; bahkan mungkin dibesarkan tanpa mendapat perhatian pendidikan dari kedua orangtua jadi, petunjuk itu semata-mata dari Allah.
Dialah yang berfirman:
" Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya…"( Al-Qashash : 56).
Maka ayahanda tidak boleh melupakan ini dan wajib memohon dan berdo'a kepada Allah semoga berkenan menjadikan ayahanda,bonda dan anak keturunan ayahanda orang-orang yang shaleh, hanya Dialah yang memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Anakanda muslimin dan muslimah, sesungguhnya anak-anak ayahanda adalah amanah yang dititipkan Allah kepada ayahanda. Allah akan menanyakan,apakah kita akan menjaganya atau mensia-siakannya. Maka wajib atas ayahanda dan bonda untuk menjaga amanah ini. Dengan keyakinan, ayahanda akan mendidik generasi muslim, ayahanda akan persiapkan anakanda semua agar menjadi generasi kuat untuk menghadapi orang-orang yang menyimpangkan Al Kitab dan Assunnah.
Facebook Badge
Profil
" Dan tiada sama ( antara ) dua laut;yang ini tawar, segar, sedap diminum, dan yang lain masin lagi pahit, Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakai, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut, supaya kamu dapat mencari kurnia-Nya dan supaya kamu bersyukur."(Faathir[35]:12