Setiap anak sebagai individu yang berbeda. Seorang anak dengan yang lainnya memiliki kelakuan yang berbeza. Memiliki bakat dan minat yang berbeza pula. Karenanya, dalam menyerap ilmu dan mengamalkannya berbeza satu dengan yang lainnya. Sering terjadi, terutama pada pasangan muda, orangtua mengalami “sindroma” anak pertama. Karena didorong idealisme yang tinggi, mereka memperlakukan anak tanpa memerhatikan aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan anak. Misal, anak diajar untuk boleh menulis dan membaca pada usia 2 tahun, tanpa memerhatikan tingkat kemampuan dan kelembutan tangan dan jari halus (kemampuan mengoordinasikan gerakan tangan) anak.
فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (At-Taghabun: 16)
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Apabila aku melarangmu dari sesuatu maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu perkara maka tunaikanlah semampumu.” (HR. Al-Bukhari, no. 7288)
Kata مَا اسْتَطَعْتُم (semampumu) menunjukkan kemampuan dan kesanggupan seseorang berbeza-beza, bertingkat-tingkat, satu dengan lainnya tidak boleh disamakan. Ini semua karena pengaruh berbagai macam latar belakang.
Kebiasanya ibu dan ayah memberi tugas sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak
لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al-Baqarah: 286)
Ayah dan ibu sentiasa menghargai niat, usaha dan kesungguhan anak-anak ayah dan tidak memaksa anak ayah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi Allah melihat kepada hati (niat) dan amal-amal kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Ibu dan ayah selalu mengingatkan antara satu sama lain agar tidak mencaci maki anak karena kegagalannya. Tapi berikan ungkapan-ungkapan yang bisa mendorong anak untuk bangkit dari kegagalannya. Misal, “Ayah tidak marah, Nurin belum hafal sifir. Ayah tahu, Nurin sudah berusaha menghafal. Lain kali, kita coba lagi ya.”
Sukar untuk ibubapa tidak membentak, memaki dan merendahkan anak. Walaupun di hadapan teman-temannya atau di hadapan umum. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (An-Nisa`: 5)
Ayah dan ibu tidak akan membuka aib (kekurangan, kelemahan) yang ada pada anak di hadapan orang lain. Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa menutup (aib) seorang muslim, Allah akan menutup (aib) dirinya pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari no. 2442)
Bila anak ayah melakukan kesalahan, ibu dan ayah selaunya menyalahannya semata-mata. Tapi selalunya ayan berikan penyelesaian dengan memberitahu perbuatan yang benar yang seharusnya anak ayah lakukan. Tentunya, dengan cara yang hikmah. ‘Umar bin Abi Salamah radhiyallahu ‘anhu berkata:
كُنْتُ غُلَامًا فِي حِجْرِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يَا غُلَامُ، سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ
“Saat saya masih kecil dalam asuhan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya menggerak-gerakkan tangan di dalam bekas makanan (yang ada makanannya). Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatiku, ‘Wahai anakanda, sebutlah nama Allah (yaitu bacalah Bismillah saat hendak makan). Makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang ada di sisi dekatmu’.” (HR. Al-Bukhari no. 5376)
Ayah dan ibu suka tidak memanggil atau menyeru anak-anak dengan sebutan yang jelek. Seperti perkataan: “Dasar bodoh!” Ini berdasarkan hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ
“Janganlah kalian menyeru (berdoa) atas diri kalian kecuali dengan sesuatu yang baik. Karena, sesungguhnya malaikat akan mengaminkan atas apa yang kalian ucapkan.” (HR. Muslim no. 920)
Percayalah setiap ayah dan ibu sentiasa memberbanyakan ucapan-ucapan yang mengandung muatan doa pada saat di hadapan anak. Seperti ucapan:
بَارَكَ اللهُ فِيْكُمْ
“Semoga Allah memberkahi kalian.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (Al-Baqarah: 83)
Juga selalu mendoakan kebaikan bagi sang anak, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa’.” (Al-Furqan: 74)
Kami berdua berusaha untuk senantiasa berlaku hikmah dan adil dalam menghadapi masalah anak. Tidak mengedepankan emosi. Tidak mudah menjatuhkan hukuman. Memikirkan setiap masalah yang ada pada anak dengan penuh hikmah, tabayyun (klarifikasi). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا
“Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.” (Al-Baqarah: 269)
Bersikap adil terhadap anak-anak dan berbuat baik kepadanya memang sukar bila ayah dan ibu bila mempunyai anak-anak, kami sudah melakuan dengan seadilnya
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (An-Nahl: 90)
Kami cuba hindari sikap-sikap dan tindakan yang menjadikan anak mengalami trauma, blocking (mogok), malas atau enggan belajar. Sebaliknya, ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا، بَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا
“Permudah dan jangan kalian persulit. Gembirakan, dan jangan kalian membuat (mereka) lari.” (HR. Al-Bukhari no. 69)
Kadang-kadang ayah dan ibu pun tak dapat menunaikan janji kami pada kamu semua.
Sebagai seorang Muslim mungkin saja ayah berusaha dan memenuhi semua hal di atas dan
memohon kepada Allah untuk keberhasilan dan pertolongan. Namun demikian,
apa yang terjadi mungkin saja berbeda dengan apa yang kita harapkan. Maka
kita hendaklah menyadari bahwa hal ini adalah bagian dari ketetapan takdir
Allah yang terjadi atas izin-Nya. Lihatlah kisah Nabi Nuh, dia bukanlah anak yang
shalih. Dan lihatlah isteri Nabi Luth yang juga bukanlah isteri yang shalihah
sebagaimana isteri Nabi Nuh, meskipun mereka menikah dengan Nabi Allah.
Allah berfirman:
“Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku,sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.” Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." Nuh
berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat) nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi."
(QS Hud [11] : 45-47)
Maka seorang Muslim hendaknya bekerja dan mentaati perintah syariat. Dan setiap orang akan dimudahkan untuk memperoleh apa yang telah ditetapkan baginya.
Ya Allah, jadikanlah kami dari orang-orang yang memberi petunjuk dan yang memperoleh petunjuk, dan bukan orang-orang yang tersesat dan menyesatkan.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nab Muhammad , keluarga dan para sahabatnya.
Mukadimah
Sesungguhnya segala puji adalah milik Allah. Kita memuji, memohon pertolongan dan meminta ampunanNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan dan keburukan amal perbuatan kita. Siapa yang ditunjukan Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang dapat menunjukanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. semoga shalawat, salam dan keberkahan dilimpahkan kepada beliau, keluarga, sahabat dan segenap orang yang mengikutinya.
Amma ba'-du.
Amma ba'-du.
This entry was posted
on Monday, March 15, 2010
and is filed under
Keluarga
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
.
Facebook Badge
Profil
" Dan tiada sama ( antara ) dua laut;yang ini tawar, segar, sedap diminum, dan yang lain masin lagi pahit, Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakai, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut, supaya kamu dapat mencari kurnia-Nya dan supaya kamu bersyukur."(Faathir[35]:12
0 ulasan