Mukadimah

Sesungguhnya segala puji adalah milik Allah. Kita memuji, memohon pertolongan dan meminta ampunanNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan dan keburukan amal perbuatan kita. Siapa yang ditunjukan Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang dapat menunjukanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. semoga shalawat, salam dan keberkahan dilimpahkan kepada beliau, keluarga, sahabat dan segenap orang yang mengikutinya.

Amma ba'-du.

Keutamaan Menuntut Ilmu Agama

Dicatat oleh Amik




Semasa ayah seusia kamu, ayah begitu yakin bahawa sekolah kebangsaan itu lebih utama dari sekolah agama (ilmu duniawi itu lebih penting daripada ilmu agama) hinggakan ayah ponteng sekolah agama untuk latihan sukan disekolah menengah. Ayah sendiri lebih menghormati guru-guru di sekolah menengah dan malas mengaji AlQuran dengan alasan banyak kerja sekolah menengah hendak dibuat. Ramai yang sependapat dengan ayah pada masa itu.

Tapi yang sebenarnya, inilah tipu muslihat dan tekanan kesan dari tinggalan pemikiran kafir yang menjajah bangsa dan tanah kita, memesong arah kiblat kita. Mereka mendidik kita agar mengutamakan ilmu dunia daripada ilmu agama. Kecelakaan yang lain adalah buruknya strategi dan sistem pembelajaran di berbagai sukatan pelajaran. Dibanyak negara Islam yang menyerahkan penetapan sistem pembelajarannya kepada orang-orang kafir, atau para pendukung pemikiran-pemikiran “penjajah” lainnya. Padahal mereka itulah yang justru menjadi pendukung musuh-musuh ummat untuk menghancurkan ummat itu sendiri. Merekalah yang menyokong dan menolong musuh-musuh itu untuk melancarkan perang peradaban kepada putra-putri kaum muslimin.

Ingatlah dengan sejarah ilmuan islam, mereka banyak mengkaji dan mendalami ilmu didalam AlQuran. Para penjajah tidak menguasai negeri kaum muslimin kecuali karena beberapa faktor, dan yang terpenting diantaranya adalah kejahilan dan kebodohan kaum muslimin. Tersebarnya pemahaman dan pemikiran yang merusak tidak lain disebabkan kosongnya akal fikiran kita dari pemahaman yang benar. Satu hal yang sangat menyedihkan adalah kebodohan terhadap Islam itu justru tersebar di kalangan para pengembang misi kebaikan dikalangan kita. Dan justru terjadi pada ummat yang perintah pertama yang turun dalam Kitab suci mereka adalah Iqra’ bismirabbika-lladzi khalaq, bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan! Ini menunjukkan bahwa perintah berilmu mendahului perintah untuk berda’wah.Dan jangan lupa, rasa rendah diri di hadapan ilmu-ilmu duniawi dan pandangan rendah terhadap ilmu-ilmu agama juga turut dalam proses melemahkan ilmu agama. Merdekalah anak-anak ayah dari mereka semua.

Sesungguhnya hajat kita pada ilmu tidak lebih sedikit dari hajat kita pada makanan dan minuman. Sebab hanya dengan ilmu-lah kehidupan spiritual (agama) dan materil (dunia) kita akan tertegakkan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
Barangsiapa yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan kebaikan, maka Ia akan membuatnya paham terhadap agamanya.

Allah Taala telah menyebut keistimewaan Ilmu (Agama/Tauhid) dan orang-orang yang mempunyai Ilmu secara istimewa pada tingkat yang tertinggi dari lain-lain tingkat atau kedudukan manusia sebagaimana FirmanNya yang bermaksud:
“Allah telah terangkan bahawa tidak ada Tuhan melainkan Dia yang berdiri dengan keadilan dan disaksikan oleh malaikat dan ahli-ahli ilmu.” (Surah Al-Imran, ayat 18).

Dan orang-orang yang kafir itu berkata: “Engkau bukanlah seorang Rasul dari Allah”. Katakanlah (kepada mereka): “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dengan kamu, dan juga disaksikan oleh orang-orang yang ada ilmu pengetahuan mengenai Kitab Allah”. (Surah Al-Rad:43)

Berdasarkan pengiktirafan Allah Taala di atas, maka sewajarnyalah sebagai seorang hamba yang ingin mencapai kehampiran denganNya, pertama-tamanya melengkapkan dirinya, hatinya, ruhnya dan rahsianya dengan ILMU tentang agama itu. Hanya dengan pancaran Nur Ilmu inilah seseorang itu akan;

• mendapat keselamatan dari tipu daya dan kesesatan,
• mendapat bimbingan ke arah “jalan yang lurus”,
• menjejaki sempadan untuk terbang ke Alam Ghaib untuk mencapai puncak daerah “yang tidak terhad”,
• menikmati erti kebahagiaan yang hakiki.
Anas bin Malik r.a. berkata; Rasulullah SAW. bersabda yang bermaksud;
Siapa yang ingin melihat orang yang dimerdekakan Allah dari Neraka, maka lihatlah para murid(pelajar-pelajar agama), maka demi Allah yang jiwa Muhammad di tanganNya, tiada seorang pelajar yang hilir-mudik ke pintu orang Alim melainkan Allah menulis untuknya
• bagi tiap-tiap huruf yang dipelajarinya dan tiap-tiap langkah sama dengan ibadat satu tahun,
• dan untuk tiap langkah satu kota di syurga,
• dan setiap ia berjalan dimintakan ampun oleh bumi,
• dan setiap pagi dan petang tetap diampunkan dosanya,
• dan disaksikan oleh malaikat bahkan mereka berkata: Mereka inilah yang dimerdekakan oleh Allah dari api neraka.

Abu Laits berkata: Saya telah mendengar Abu Jaafar meriwayatkan dengan sanadnya;
Bahawa Nabi SAW. masuk ke masjid dan melihat dua majlis orang-orang berkerumun, yang satu majlis orang-orang yang berzikir, sedang majlis yang lain orang-orang mempelajari fekah dan berdoa mengharapkan rahmat Allah, maka sabda Nabi SAW. yang bermaksud;
Kedua-dua majlis ini baik dan yang satu lebih afdhal(utama) dari yang lain. Adapun mereka itu berzikir minta kepada Allah, terserah apakah diterima atau ditolak oleh Allah. Adapun yang ini maka mereka belajar dan mengajar pada orang yang bodoh, sedang aku diutus sebagai guru, maka mereka ini yang lebih afdhal. Kemudian Nabi SAW. duduk bersama mereka.

Abu Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Katsier bin Qays berkata: Saya duduk bersama Abur Darda’ r.a. di Masjid Damsyik, tiba-tiba datang seorang dan berkata: Saya datang kepadamu dari Madinah, kerana saya mendengar bahawa kamu meriwayatkan satu Hadis dari Rasulullah SAW. Lalu ditanya oleh Abu Dardaa’: Apakah kamu tidak datang untuk berdagang atau hajat keperluan lain-lainnya, betul-betul kamu tidak datang kecuali untuk belajar hadits ini? Jawabnya: Benar-benar saya tidak datang kemari kecuali untuk belajar Hadis ini. Maka Abu Dardaa’ berkata: Saya telah mendengar Nabi SAW bersabda yang bermaksud:

“Siapa yang berjalan di jalan untuk menuntut ilmu,
• maka Allah akan memudahkan baginya jalan dari jalan-jalan syurga.
• Dan malaikat selalu menghamparkan sayapnya untuk menaungi orang yang menuntut ilmu kerana redha dengan apa yang dilakukan.
• Dan seorang yang alim itu dimintakan ampun oleh semua penduduk langit dan bumi dan ikan-ikan di dalam air’ dan kelebihan seorang alim terhadap seorang ahli ibadat sebagaimana kelebihan bulan purnama terhadap lain-lain bintang.
• Dan, ulama’ itu sebagai pewaris dari nabi-nabi, dan nabi-nabi itu tidak mewariskan harta perak atau emas, tetapi mereka mewariskan ilmu, maka siapa yang mendapatkannya bererti telah mendapat bahagian yang sebanyak-banyaknya.”


Abu Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas’ud r.a. yang bermaksud:
“Dua macam kerakusan yang tidak kunjung kenyang, iaitu yang menuntut ilmu dan yang mengejar dunia, tetapi keduanya tidak sama, adapun yang menuntut ilmu maka sealalu bertambah diredhoi Allah, sedang yang mengejar kekayaan dunia bertambah maharajalela dalam kesesatannya,
Kemudian ia membaca yang membawa maksud : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah “. Dan membaca yang bermaksud “Tidak, tidak demikian, tetapi manusia akan melampaui batas bila ia merasa kaya, tidak berhajat kepada orang lain”.
Abu Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhamad bin Sirin berkata: Ketika saya masuk ke Masjid Bashrah, sedang Al Aswad bin Sarie’ dikerumuni orang yang sedang mendengar pengajiannya, dan di lain sudut masjid orang berkerumun membicarakan ilmu feqah, lalu saya sembahyang tahiyyatul masjid di antara mereka, kemudian setelah selesai, tergerak dalam hati : Andaikan saya hadir di majlis zikir, kalau-kalau mereka diterima atau mendapat rahmat saya pun akan mendapat juga, tetapi jika saya duduk bersama ahli feqah kemungkinan saya mendengar apa-apa yang belum pernah saya dapat, dalam perasaan yang sedemikian itu akhirnya saya keluar dan tidak duduk bersama mereka, dan pada malamnya saya bermimpi didatangi seorang yang berkata:
Andaikata kau duduk bersama ahli feqah nescaya kamu mendapat Jibril duduk bersama mereka.
Abu Laits berkata: Abul Qasim AbdulRahman bin Muhammad meriwayatkan dengan sanadnya dari Al-Hasan Alhasri berkata;

Saya tidak mengetahui satu amal yang lebih afdhal dari jihad selain menuntut ilmu,
• maka itu lebih afdhal dari jihad fisabilillah dan
• siapa yang keluar dari rumahnya untuk menuntut satu bab dari ilmu agama, maka dinaungi oleh malaikat dengan sayapnya dan didoakan oleh burung-burung di udara, dan binatang-bintang buas di hutan, dan ikan di laut, dan
• diberi pahala oleh Allah pahala 70 orang shiddiq.
• Kerana itu, tuntutlah ilmu dan carilah untuk ilmu itu ketenangan dan kesabaran, dan
• kesopanan, dan
• rendahkan dirimu terhadap gurumu dan terhadap muridmu.
• Jangan kamu gunakan untuk menyaingi ulama dan membantah mendebat orang-orang bodoh dan
• jangan menjilat-jilat kepada pemerintah,
• dan jangan sombong terhadap hamba Allah.
• Jangan sampai kamu menjadi ulama yang kejam yang dimurkai Allah sehingga disungkurkan mereka itu ke dalam neraka jahanam.
• Carilah ilmu yang tidak merosakkan ibadatmu kepada Allah dan
• beribadatlah kepada Allah sekiranya tidak menghalangi kamu untuk mencari ilmu, sebab tidak berguna ilmu tanpa ibadat, atau ibadat tanpa ilmu, dan
• jangan menjadi seperti orang-orang beribadat tanpa ilmu sehingga setelah kurus kering badannya tiba-tiba keluar dengan pedangnya memerangi kaum muslimin, padahal andaikan mereka mencari ilmu nescaya ilmu itu dapat menghalangi mereka dari perbuatan itu dan
• seorang yang beramal tanpa ilmu itu bagaikan orang yang sesat jalan, tambah rajin bertambah jauh, dan salahnya lebih banyak dari benar.
Ketika ditanya dari manakah keterangan mu itu hai Abu Saaid? Jawabnya saya telah bertemu dengan 70 sahabat yang ikut dalam perang Badar dan saya mencari ilmu itu selama 40 tahun.
Mu’adz bin Jabal r.a berkata; Belajarlah ilmu kerana;
• belajar itu hasanat (kebaikan) dan
• mencari ilmu itu ibadat, dan
• mengingatinya sama dengan tasbih, dan
• menyelidikinya sama dengan jihad, dan
• mengajar kepada yang tidak mengetahui itu sedekah, dan
• memberikannya kepada yang berhak(ahli) itu taqqarub(mendekatkan diri dengan Allah),
• sebab ilmu itu jalan untuk mencapai tingkat-tingkat ke syurga. Dan
• ia yang menjinakkan(menghibur) sewaktu bersendirian dan
• kawan dalam pengasingan, dan
• kawan dalam kesepian, dan
• penunjuk jalan kesenangan,
• penolong menghadapi kesukaran, dan
• keindahan di tengah-tengah kawan, dan
• senjata untuk menghadapi musuh.
• Allah meninggikan darjat beberapa golongan dengan ilmu itu sehingga dijadikanya pimpinan yang dapat diikuti jejak mereka, ditiru perbuatan mereka,
• Malaikat suka berkawan dengan mereka, dan mengusap-usap mereka dengan sayapnya dan didoakan oleh semua benda basah mahupun yang kering, dan ikan-ikan di laut dan semua serangga, dan binatang-bintang buas di darat dan laut dan semua ternak.
• Sebab ilmu itu dapat menghidupkan hati dan kebodohan dan
• pelita dari kegelapan dan
• kekuatan dari segala kelemahan dan
• alat untuk mencapai darjat abrar dan yang baik-baik di dunia dan di akhirat.
• Dan memperhatikan ilmu itu menyamai puasa, sedang
• mengingat-ingatinya menyamai bangun malam dan
• dengan ilmu tersambung hubungan kerabat,
• dan dikenal halal dari haram, dan
• ilmu itu penuntun amal, sedang amal tetap menjadi pengikutnya dan
• ilmu itu diberikan Allah kepada orang-orang yang akan bahagia dan diharamkan dari orang-orang yang celaka dan rugi.

Beraneka ragamnya sarana hiburan dan permainan, dan terbagi-baginya pelbagai cabang ilmu juga turut serta berperang dalam melemahkan ilmu-ilmu syar’i. Sehingga kita menemukan seorang alim hanya membatasi dirinya dalam satu kepakaran ilmu syar’I seperti Ushul fiqih misalnya. Padahal ulama terdahulu –misalnya- ada yang berhasil menguasai Tafsir, Fiqih, Hadits dan hampir semua disiplin ilmu syar’i.
Semua faktor tersebut adalah hal-hal yang menyebabkan lemahnya motivasi ummat untuk menyelami ilmu syar’i. Dan itu terjadi justru di zaman dimana ummat manusia sangat membutuhkan bimbingan ilmu ini. Maka apakah generasi-generasi kita saat ini mampu mengembalikan ilmu dan amal dalam kehidupan mereka seperti yang dahulu pernah diraih oleh para pendahulu mereka? Saya berharap demikian.

Untuk itu, menuntut ilmu agama adalah merupakan perkara yang menjadi kemestian bagi sesiapa sahaja, kerana dengan ilmu yang shohih sahajalah syariat dapat ditegakkan, dan dengan ilmu yang benar sahajalah thoriqat dapat diluruskan malahan dengan ilmu makrifat sahajalah hakikat dapat disempurnakan. Benarlah kata orang-orang Sufi;
Hakikat tidak akan muncul sewajarnya jika syariat dan thoriqat belum betul lagi kedudukannya. Huruf-huruf tidak akan tertulis dengan betul jika pena tidak betul keadaannya.

This entry was posted on Monday, March 15, 2010 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Subscribe to: Post Comments (Atom) .

0 ulasan